Wednesday, January 26, 2011

Ontbijtkoek pertama

BY ana IN , No comments

Maaf, maaf, maaf...

Padahal sambungan posting yang sebelumnya belum ditulis, tapi aku udah nulis posting baru dengan tema yang baru juga. Tapi masih tentang yang sama kok, yaitu cake! (ini ngeles, jelas banget ya?)

Dalam liburan januari ini, sebenarnya ku udah bikin beberapa buah kue yang rutin aku buat minimal 2 buah kue per minggu. Maunya sih laporan ke milis NCC (Natural Cooking Club) segala, tapi apa boleh buat, saya tidak punya kamera untuk mempublikasikan hasil karya (yang masih amburadul). Jadi, saya putuskan untuk tidak laporan sama sekali walaupun hampir semua resep yang saya coba merupakan hasil contekan dari milis tersebut. (kamera hanyalah alasaaaann... :p )

Terus terang hari ini saya tidak ada mood untuk membuat kue. Tapi karena merasa adanya suatu keharusan untuk menyalurkan hobi makan cake, maka dilakukan saja acara baking ini. Selain itu, kegiatan ini didukung oleh sanag bapak dengan cara memberi subsidi bahan baku cake (makasiah paakkk!!!). Akhirnya setelah cari2 resep dari internet maupun majalah Saji (punya kakak), pilihan jatuh kepada kue Ontbijtkoek yang resepnya ada di bonus tabloid Saji edisi ke 100.

Ontbijtkoek artinya adalah sarapan. Konon, kue ini adalah warisan kuliner dari negara Belanda, yang pernah menjelajah negeri Indonesia ini selama 350 tahun. Berikut resepnya:

Ontbijtkoek Keju

Bahan:
5 butir telur * 100 gram gula pasir * 25 gram gula merah disisir halus * 150 gram tepung terigu protein sedang * 2 sdt bumbu spekuk * 75 gram margarin, dilelehkan * 50 gram kenari, dicincang kasar * 50 gram keju cheddar parut untuk taburan

Cara membuat:
1. Kocok telur, gula pasir, dan gula merah hingga mengembang. Tambahkan tepung terigu dan bumbu spekuk sambil diayak dan diaduk rata.
2. Masukkan margarin leleh dan kenari sedikit-sedikit sambil diaduk perlahan.
Tuang di loyang 20cm, tinggi 7cm yang dioles margarin dan dialas kertas roti. Tabur keju cheddar parut.
3. Oven 15 menit dengan suhu 190 derajat Celcius. Turunkan suhunya hingga 180 derajat Celcius. Oven lagi 20 menit hingga matang.

Yang saya praktekan hari ini sangat berbeda dengan resep tersebut:
1. Tanya-tanya ibu, spekuk adalah bubuk kayumanis dan kebetulan di rumah tersedia. Namun, sepertinya udah kadaluarsa karena samar-samar di tulisan best beforenya, masih terlihat angka 08 yang hampir hilang. Kata ibuku, "pakai aja lah. baunya masih sama kok." Uh-oh semoga aman. (berdoa sepanjang inget)
2. Dengan entengnya, sang ibu memasukan pengembang adonan (SP)saat telur dan gula masih dikocok. "Emang di resep ga pake pengembang ya? Udahlah pake aja. Ngabisin."
3. Telur yang digunakan merupakan campuran dari 4 telur ayam dan 1 telur bebek.
4. Ga punya kenari!! jadi dilewatkan saja bagian yang itu.
5. Loyang yang kugunakan merupakan loyang untuk chiffon cake.
6. Ovenku oven tangkring, bukan oven listrik yang punya pengatur suhu. Jadi ga pake atur suhu segala.
7. Waktu pembakaran kira-kira 40-45 menit.

Hasilnya?

Not bad at all. Wangi kayumanisnya enaaakk banget. Teksturnya lembut dan rasanya ga terlalu manis. Satu resep ini sudah habis 75% dalam jangka waktu 3 jam. yang 25 persennya disisihkan untuk bapak dan kakak tertua yang belum pulang.

Itulah cerita Ontbijtkoek yang bukan untuk sarapan.

0 comments:

Post a Comment