Wednesday, April 30, 2014

bahasa

BY ana 1 comment

bahasa adalah sejarah yang penuh dengan cerita sesat, makna yang berkelok dan ambigu, rambu-rambu palsu.


-goenawan mohamad, tuhan dan hal-hal yang tak selesai, hlm. 91

Sunday, April 20, 2014

Dasar-dasar Jurnalistik

BY ana 5 comments

Pada hari Kamis, 10 April 2014, Lemhannas RI mengadakan pelatihan jurnalistik bagi para anggotanya. Saya yang bukan anggota (PNS) lembaga itu tentu saja tak enak untuk masuk dan ikut-ikutan menimba ilmu dari para pengajar yang berasal dari Sekolah Jurnalistik Antara tersebut. Namun, karena yang mengkoordinir acara adalah pak bos saya, yah, sebagai staff Humas, saya nyelonong masuk ajah . :D

Pada sesi pertama, materi pelatihan adalah mengenai dasar-dasar jurnalistik. Pengajarnya bernama Panca Hari Prabowo.Kalo ada yang mau nomor kontak dan emailnya bisa googling atau tanya saya. :)

Berikut ini materi Dasar-dasar Jurnalistik yang hanya saya kopas dari paper yang dibagikan.

Dasar-dasar Jurnalistik

Jurnalistik selalu beriringan dengan masanya. Wartawan selalu ada di setiap zaman, dan wilayah, serta selalu ada peristiwa yang dapat tereka, untuk kerja jurnalistik.

Menurut Kris Budiman, jurnalistik adalah kegiatan penyiapan, penulisan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik meliputi kegiatan dari pelitputan sampai kepada penyebaran kepada masyarakat, yang dalam pengertian sempit adalah publikasi cetak.

Peran Jurnalis

Anda pernah berpikir kenapa tokoh Spiderman, Superman, dan Tintin adalah jurnalis? Menurut Pak Panca, dua tokoh pertama yang merupakan super hero berprofesi sebagai jurnalis karena jam kerja jurnalis yang fleksibel, sehingga memungkinkan mereka untuk membasmi kejahatan di sela-sela bekerja. Begitu pula dengan Tintin yang setengah detektif. Akses informasi yang lebih luas juga memudahkan Tintin dalam menyelesaikan kasus-kasus yang mendatangainya.

Berdasarkan hal tersebut, wartawan merupakan jembatan/media yang menghubungkan antara fakta dan khalayak. Sebagai jembatan, tugasnya adalah mengantarkan pesan yang diperoleh dari sekumpulan fakta ke hadapan pembaca, tidak dukurangi, dan tidak dimanipulasi. Untuk mendapatkan fakta yang akurat, wartawan harus ke lapangan dan mencari sumber fakta yang palingt utama. Ini menjadi dasar utama atau pijakan utama dalam teknik mencari berita.

Seorang wartawan, harus mengetahui fakta atau kejadain yang layak menjadi berita dan mana yang tetap dibiarkan menjadi kejadian semata. Wartawan juga harus melakukan pengujian terhadap fakta yang didapat dan akan dijadikan bahan berita.

Beberapa Hal yang Membuat Peristiwa atau Fakta dapat dijadikan berita:

1. segar                                6. terkenal
2. bencana                           7.  bahaya
3. besar                                8. pengetahuan baru
4. dekat                                9. human interest
5. langka 

Jenis Berita

Ada dua jenis berita, yakni soft news dan hard news. Hard news adalah berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu dan penting diketahui publik. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Soft news adalah berita yang berhubungan dengan kisah manusiawi. Kategori berita ini tidak ditemukan waktu dan aktualitas, melainkan menyajkan informasi yang menyentuh emosi dan perasaan para khalayak. 

Ciri-ciri Jurnalisme

Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kemungkinan agar tidak mudah ditipu. Seorang wartawan bertugas mencari kebenaran. Dalam beberapa kasus, kebenaran itu didapat dari sikap ingin tahu, tidak percaya, dan mempertanyakan sesuatu. Surat kabar tidak pernah akan menjadi besar hanya dengan memberitakan selebaran-selebaran yang dibagikan oleh penguasa, pengusaha, dan tokoh politik. Wartawan harus terjun ke lapangan untuk menggali dan mengungkapkan kebenaran (Joseph Pulitzer).

Bertindak adalah cara kerja wartawan. Wartawan tidak duduk di atas kursi empuk dan di belakang meja, melainkan berada di tempat adanya berita. Get Off Your Ass and Knock on the Door menjadi prinsip kerja wartawan.

Berubah/Mengubah. Jurnalisme mendorong segala macam perubahan besar di dunia. Sistem kerja pers sendiri juga mengalami perubahan, yakni dimulai dari teks, audio visual, hingga multimedia.

Seni dan Profesi. Dunia kewartawanan bukanlah hanya soal tulis menulis. Seorang penulis handal belum tentu handal sebagai wartawan. Jurnalisme seperti halnya seni, Dia melibatkan niat, minat, dan memerlukan kegigihan di lapangan.

Peran Pers (menurut Bernard J. Cohen)

-informer: menjadi mata dan telinga publik
-interpreter: memberi penafsiran terhadap suatu peristiwa
-representative of public: wakil dari publik
-watchdog: peran jaga
-pembuat kebijaksanaan dan adokasi

Watak Wartawan

menjalani profesi sebagai jalan hidup
memiliki tujuan mulia
tidak arogan
bekerja akurat
bekerja cepat jujur terhadap kebenaran

Ruang Lingkup Jurnalistik

Cetak (koran, majalah)
Broadcast/siar (TV, radio)
Online

9 Elemen Jurnalisme (menurut Bill Kovach)

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
2. Loyalitas pertama adalah kepada warga
3. Intisari jurnalisme adalah sebuah disiplin verifikasi
4.Wartawan harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
5. Wartawan harus bertindak sebaai pemantau independen terhadap kekuasaan
6. Jurnalisme harus menghadirkan sebauh forum untuk kritik dan kometar publik
7. Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan
8. Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif
9. Wartawan punya kewajiban terhadap nurani

Tentang Jurnalisme dan Bisnis
Gabriel Garcia Marquez, seorang jurnalis yang menerima Nobel Sastra pada tahun 1982 dari Kolombia mengatakan bahwa jurnalis merupakan pekerjaan paling baik di dunia. Praktek profesi jurnalistik membutuhkan latar belakang budaya yang kuat yang diberikan oleh lingkungan kerjanya. Membaca merupakan persyaratan kerja tambahan.
Bisa dikatakan bahwa tidak ada media yang benar-benar independen dalam memandang sebuah permasalahan. Independensi media sendiri bisa dilihat dari sudut pandang kebebasan untuk menentukan sikap dan keberpihakan. Tidak ada yang salah dengan keberpihakan sepanjang keberpihakan itu bermuara pada perbaikan dan pemenuhan hak-hak warga. Namun bila keberpihakan media massa dapat dibeli dengan uang, inilah titik tolah kehancuran perannya sebagai agen sosial dan agen perubahan dan pilar keempat demokrasi.

Hak Koreksi dan Hak Jawab
Pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan pers dapat menggunakan Hak Koreksi dan Hak Jawab dan media pers pasti melayani hal itu karena sesuai UU No. 40/1999 tentang pers Pasal 5 (2) dan (3) menyatakan bahwa pers wajib melayani Hak Jawab dan Hak Koreksi.

Hak Koreksi dapat dilakukan oleh umum, kelompok, perorangan, lembaga, dan lainnya yang merasa pemberitaan pers tersebut tidak benar, kurang tepat, tendensius dan lainnya yang merugikan atau mengaburkan dari hal sebenarnya dengan cara membuat tulisan/statement yang sifatnya meluruskan. Pembuat Hak Koreksi bisa orang yang dirugikan atau orang yang mengetahui duduk persoalan dari pemberitaan pers tersebut lalu membut tulisan yang sifatnya meluruskan.

Sedangkan Hak Jawab hanya dapat dilakukan oleh orang yang merasa dirugikan oleh suatu pemberitaan pers, tidak terwakili, kecuali menggunakan surat kuasa atau kuasa hukum untuk mewakilinya emnggunakan Hak Jawab tersebut. PIhak lain di luar itu tidak akan dilayani oleh media pers.

Wartawan merupakan salah satu pekerjaan yang mulia, tetapi bisa terperosok menjadi provokator, manipulator, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Idealisme herus menjadi dasar dari pekerjaan sebagai wartawan

"Lebih baik diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan" 


(Soe Hok Gie, 17 Desember 1942-16 Desember 1969)