Thursday, January 21, 2010

Sastra Sejarah

BY ana IN 1 comment

Aku mempelajari ini di semester pertamaku. Sastra sejarah yang kupelajari berada dalam kajian filologi (sastra klasik) dan membahas tentang karya sastra nusantara dahulu, saat bangsa asing belum masuk wilayah negara ini. Saat itu program saya, yang terbagi menjadi 2 kelas, dibagi lagi menjadi 18 kelompok dari 9 kategori. Salah satunya adalah sastra sejarah.

Dari awal aku telah tertarik dengan cerita fiksi (fantasi) dan lama kelamaan aku mengerti bahwa yang fiksi yang menarik tak harus selalui fantasi, namun yang terdapat unsur fakta dan sejarah didalam cerita justru akan membuatnya semakin menarik. Karena itulah dalam tugas filologi saat itu aku memilih untuk mengkaji sastra sejarah.

Dari 2 pilihan subjek kajian, kelompokku mendapatkan subjek sastra yang berjudul: Hikayat Iskandar Zulkarnain. Awalnya agak kaget juga karena bahan yang dibaca sangat tebal dan terdiri dari 3 buku. Namun akhirnya selesai juga dengan membagi bahan-bahan kajian itu menjadi beberapa porsi yang di pegang oleh 3 orang dalam satu kelompok (termasuk aku).

Saya tak akan membahas tentang kodikologi naskah hikayat tersebut, namun saya akan menguraikan sedikit dari hikayat tersebut yang berkaitan tentang fakta. Suatu karya sastra dapat dikategorikan sebagai sastra sejarah karena memiliki 2 bagian utama, yaitu bagian yang mengandung fakta atau sejarah dan bagian yang fiksi atau khayalan semata.
Setelah dikaji, di dalam Hikayat Iskandar Zulkarnain memang terdapat beberapa bagian yang bisa dianggap sejarah, misalnya silsilah raja-raja di Jawa pada khususnya dan raja-raja Eropa. Ditambah lagi, sebagian besar cerita dalam hikayat ini adalah cerita perjalanan Raja Iskandar Zulkarnain (Eropa: Alexander the Great) dalam menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Silsilah raja dan penyebaran agama Islam di seluruh dunia merupakan subjek yang bisa diteliti dan dikaji lebih dalam untuk memperoleh bukti fakta keterlibatan Raja Iskandar ini, mungkin itu sebabnya Liaw Yock Fang mengkategorikan hikayat ini sebagai salah satu sastra sejarah walaupun aspek fiksi yang bersifat gaib juga cukup banyak dipakai di hikayat ini.

Saya amat menikmati saat mengerjakan tugas ini. Selain membaca sebuah karya sastra yang menarik, saya juga mendapat pengetahuan sejarah yang cukup relevan setelah selesai membacanya. Tetapi saya juga merasa kurang puas karena sejarah yang terkandung dalam karya sastra itu sudah berlalu begitu lama (lampau) sehingga sangat sedikit buku-buku dan rujukan tambahan yang dapat mendukung atau mengkaji ulang berbagai aspek hikayat tersebut.

1 comment:

  1. maaf bila tulisan saya buruk.

    saya tahu bahwa tak ada kekonsistenan dalam menyebut diri sendiri (saya dan aku keduanya digunakan

    saya pun bingung. aku juga,
    dalam menyebut diri sendiri

    ReplyDelete