Dalam Bislangit di jendela kaca bergoyangterarah ke mana wajah di kaca jendelayang dahulu jugamengecil dalam pesonasabermula adalah katabaru perjalanan dari kota ke kotademikian cepatkita pun terperanjatwaktu henti ia tiada…
-Sapardi Djoko Damono
Puisi
“Dalam Bis” ini diawali oleh baris yang bermakna ganda. Langit atau jendela kah
yang bergoyang? Apakah langit yang ada di bumi kita bergoyang? Atau sekedar
bayangan langit yang bergoyang? Atau hanya kaca jendela yang bergoyang seirama
dengan lenggak-lenggok bis? Pertanyaan ini pun berlanjut pada larik selanjutnya
terarah ke mana wajah di kaca jendela. Bila
larik pertama menyiratkan bis yang sedang berjalan, maka larik kedua ini
menggambarkan penumpangnya. Kekhasan
Sapardi muncul pada larik ketiga bait pertama ini, kata dahulu. Waktu merupakan tema besar yang acap kali muncul pada
puisi-puisi Sapardi. Berbagai kata yang berhubungan dengan waktu hampir selalu
ada dan menegaskan kefanaan. Sang penumpang
bis yang
wajahnya tercermin dalam kaca jendela mengecil dalam pesona, tertelan oleh waktu yang terus berjalan dan
berlalu.
Bait
kedua menggambarkan peristiwa awal dan akhir. Permulaan dari segalanya, hanya
sebuah kata, seperti penciptaan dunia oleh Tuhan yang hanya perlu berkehendak
untuk menciptakan alam semesta. Baru kemudian perjalanan kehidupan dimulai,
dari sebuah tempat ke tempat lain, mencari pengalaman dan berkutat bersama
waktu dari kota ke kota. Kehidupan di dunia terasa begitu cepat sehingga tak
terasa ia berhenti. Kemudian manusia mati, lenyap dari dunia, tiada.
Melalui
puisi ini, Sapardi menggunakan metafora perjalanan di dalam bis untuk
meenggambarkan kehidupan manusia di bumi.
Bermula dari sesuatu yang sederhana, dilanjutkan dengan guncangan dan waktu
yang terus berjalan hingga kematian membawa kita kembali kepada ketiadaan.
Waktu, kehidupan, manusia, dan religiusitas diracik Sapardi dengan kata-kata
yang biasa dipakai menjadi sebuah puisi yang sarat dengan keindahan sastra dan
makna yang dalam. Metafora yang dipakai terasa alami, tidak memaksa, dan indah.
Karya-karya Sapardi seakan mengajak ppembacanya untuk merenung dan menemukan
makna atas kehidupan itu sendiri, kehidupan masing-masing pembaca, dan
kehidupan umum yang selalu terkait dengan waktu dan Tuhan.
tugas kritik sastra
yang tak pernah ada